Memilih Mainstream yang Tepat
Sore ini twitter timeline saya kebanjiran tweets adek tingkat yang sedang mengikuti seminar mainstream. Di Jurusan Sastra Inggris saya memang pada semester akhir akan dibagi menjadi 4 bidang minat: Sastra, Linguistik, Kajian Amerika dan Penerjemahan. Setiap bidang memiliki keunggulan dan kekurangan masing masing. Mungkin demi alasan itu seminar ini diselenggarakan oleh EDCOM.
Namun, berbagai reaksi yang muncul di twitter, sangat menarik diamati. Ada yang semula tertarik pada mainstream A, terus tertarik mainstream B. Ada yang semakin mantab dan yakin untuk memilih mainstream yang dari dulu telah disenangi. Ada yang bingung memiilih yang mana karena
menarik semua. Ada juga yang bingung karena tak ada yang menarik hahaha.... Ini mengingatkan saya pada 2 tahun yang lalu ketika saya juga harus memilih mainstream.
Pada awal mula saya masuk kuliah, saya tertarik masuk linguistik. Namun setelah saya mendapat pelajaran linguistik, saya tidak begitu nyaman, biarpun nilai linguistik saya rata-rata A semua (wahahah sombong sekali, biar lah, blog saya juga). Yang membuat saya tidak nyaman adalah karena di tahapan kuliah ini, entah darimana, saya mulai suka untuk berfikir bebas tanpa dikotaki. Nah, linguistik kan sudah sangat jelas batas - batas nya dengan ada rumus di sana sini. Bisa dikatakan, linguistik adalah matematikanya Sastra Inggris. Akhirnya, saya pun urungkan niat untuk masuk linguistik kira - kira pada semester 5.
Saya pada awalnya TIDAK tertarik masuk Kajian Amerika (American Studies) karena pertama kalinya ada makul Introduction to American Studies, yang diampu oleh ibu pembimbing skripsi yang tercinta, saya merasa pelajarannya sangatlah susah. Bayangkan saja pada semester 4, saya dan teman-teman disodori bahan bacaan yang pada akhirnya beliau akui adalah bahan bacaan mahasiswa tingkat S3. Namun, semakin kesini hanya mata pelajaran American Studies saja yang bisa mengakomodir sifat saya yang suka berfikir bebas dalam tugas kuliah. Di dalam American Studies, berfikir bebas sangat dihargai. Makannya saya putuskan masuk American Studies di semester 7.
Saya merasa pilihan saya tidak salah. Semester 7 adalah saat saat paling 'membahagiakan' dalam dunia perkuliahan. Tugas yang hampir ada setiap hari, presentasi dua hingga tiga kali dalam satu minggu (bahkan saya pernah sehari dua kali presentasi secara berurutan, o' how I missed those moments), tidur diatas jam 12 malam menjadi rutinitas. Tapi saya banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan yang sebelumnya, tidak saya bayangkan akan didapat di Sastra Inggris. Saya seperti kuliah di jurusan Komunikasi, Sosiologi dan Hubungan Internasional pada saat yang sama. Saya juga menduga bahwa karena saya mengambil American Studies, makanya saya bisa ke Amerika hehehehe ... Dosen saya yang lagi di belanda bahkan pernah bilang, kalau standard di mainstream American Studies UNS hampir selevel dengan tingkat master. Pembimbing saya juga mengatakan, metode pengajaran di mainstream American Studies ini dibuat untuk mempersiapkan mahasiswanya supaya tidak akan kaget bila kelak mengambil kuliah di luar negeri (benar loh saya ngga kaget, biar saya cuma kuliah 2 bulan di Amerika hehehe).
Memang, tidak mudah menjadi mahasiswa American Studies.Terlebih lagi dengan stereotype sebagai mainstream yang bakal menempuh waktu lama untuk lulus. Ya, benar. Saya hingga sekarang belum lulus. Tapi, bulan depan mungkin saya sudah sidang skripsi. Saya sepenuhnya sadar, bukan mainstream saya yang mengakibatkan saya lulus selama ini haha.. Ini semua karena sifat saya yang malas nulis skripsi. Ni saya malah ngeblog, ngga nykripsi? Ya kan? Semester 8 saya jarang nulis skripsi dan konsultasi. Semester 9 juga. Namun semenjak pulang dari paman Sam saya TIAP MINGGU maju menemui ibu pembimbing saya dan walaaa skripsi saya mau selesai. Bayangkan saja, bila dulu semester 8 dan 9 saya se'rajin' ini. hehehe
Memilih mainstream yang tepat? ya tergantung pada diri sendiri. Ingat, tugas akhir tiap mahasiswa adalah skripsi. Nulis skripsi tuh ngga gampang tapi ngga sulit juga. Cuma, kalian harus mengublek-ublek hal yang sama selama beberapa bulan. Bikin bosen kan? nah buat saya, mendingan ublek-ublek hal yang saya senangi selama beberapa bulan sampai bosen. daripada ublek-ublek hal yang tidak saya senangi mpe bosen, udah ngga seneng, bosen lagi... I can't imagine how stressful I am.
Nah, itulah sekelumit kisah memilih mainstream ... apapun mainstreamnya, minumnya tetap teh botol sosro deh ... wong luluse yo gelare podo S.S. !! ora S. Amstud, S. Lit, S. Ling, S. Trans wakakaka... tapi yang jelas saya dengan bangga bisa mengatakan bahwa saya tidak salah ambil jurusan ... saya bangga menjadi mahasiswa American Studies :)
^_^
P.s: kalo mau masuk American Studies, saya punya persediaan buku dan jurnal yang seabreg wahahhaah
Namun, berbagai reaksi yang muncul di twitter, sangat menarik diamati. Ada yang semula tertarik pada mainstream A, terus tertarik mainstream B. Ada yang semakin mantab dan yakin untuk memilih mainstream yang dari dulu telah disenangi. Ada yang bingung memiilih yang mana karena
menarik semua. Ada juga yang bingung karena tak ada yang menarik hahaha.... Ini mengingatkan saya pada 2 tahun yang lalu ketika saya juga harus memilih mainstream.
Pada awal mula saya masuk kuliah, saya tertarik masuk linguistik. Namun setelah saya mendapat pelajaran linguistik, saya tidak begitu nyaman, biarpun nilai linguistik saya rata-rata A semua (wahahah sombong sekali, biar lah, blog saya juga). Yang membuat saya tidak nyaman adalah karena di tahapan kuliah ini, entah darimana, saya mulai suka untuk berfikir bebas tanpa dikotaki. Nah, linguistik kan sudah sangat jelas batas - batas nya dengan ada rumus di sana sini. Bisa dikatakan, linguistik adalah matematikanya Sastra Inggris. Akhirnya, saya pun urungkan niat untuk masuk linguistik kira - kira pada semester 5.
Saya pada awalnya TIDAK tertarik masuk Kajian Amerika (American Studies) karena pertama kalinya ada makul Introduction to American Studies, yang diampu oleh ibu pembimbing skripsi yang tercinta, saya merasa pelajarannya sangatlah susah. Bayangkan saja pada semester 4, saya dan teman-teman disodori bahan bacaan yang pada akhirnya beliau akui adalah bahan bacaan mahasiswa tingkat S3. Namun, semakin kesini hanya mata pelajaran American Studies saja yang bisa mengakomodir sifat saya yang suka berfikir bebas dalam tugas kuliah. Di dalam American Studies, berfikir bebas sangat dihargai. Makannya saya putuskan masuk American Studies di semester 7.
Saya merasa pilihan saya tidak salah. Semester 7 adalah saat saat paling 'membahagiakan' dalam dunia perkuliahan. Tugas yang hampir ada setiap hari, presentasi dua hingga tiga kali dalam satu minggu (bahkan saya pernah sehari dua kali presentasi secara berurutan, o' how I missed those moments), tidur diatas jam 12 malam menjadi rutinitas. Tapi saya banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan yang sebelumnya, tidak saya bayangkan akan didapat di Sastra Inggris. Saya seperti kuliah di jurusan Komunikasi, Sosiologi dan Hubungan Internasional pada saat yang sama. Saya juga menduga bahwa karena saya mengambil American Studies, makanya saya bisa ke Amerika hehehehe ... Dosen saya yang lagi di belanda bahkan pernah bilang, kalau standard di mainstream American Studies UNS hampir selevel dengan tingkat master. Pembimbing saya juga mengatakan, metode pengajaran di mainstream American Studies ini dibuat untuk mempersiapkan mahasiswanya supaya tidak akan kaget bila kelak mengambil kuliah di luar negeri (benar loh saya ngga kaget, biar saya cuma kuliah 2 bulan di Amerika hehehe).
Memang, tidak mudah menjadi mahasiswa American Studies.Terlebih lagi dengan stereotype sebagai mainstream yang bakal menempuh waktu lama untuk lulus. Ya, benar. Saya hingga sekarang belum lulus. Tapi, bulan depan mungkin saya sudah sidang skripsi. Saya sepenuhnya sadar, bukan mainstream saya yang mengakibatkan saya lulus selama ini haha.. Ini semua karena sifat saya yang malas nulis skripsi. Ni saya malah ngeblog, ngga nykripsi? Ya kan? Semester 8 saya jarang nulis skripsi dan konsultasi. Semester 9 juga. Namun semenjak pulang dari paman Sam saya TIAP MINGGU maju menemui ibu pembimbing saya dan walaaa skripsi saya mau selesai. Bayangkan saja, bila dulu semester 8 dan 9 saya se'rajin' ini. hehehe
Memilih mainstream yang tepat? ya tergantung pada diri sendiri. Ingat, tugas akhir tiap mahasiswa adalah skripsi. Nulis skripsi tuh ngga gampang tapi ngga sulit juga. Cuma, kalian harus mengublek-ublek hal yang sama selama beberapa bulan. Bikin bosen kan? nah buat saya, mendingan ublek-ublek hal yang saya senangi selama beberapa bulan sampai bosen. daripada ublek-ublek hal yang tidak saya senangi mpe bosen, udah ngga seneng, bosen lagi... I can't imagine how stressful I am.
Nah, itulah sekelumit kisah memilih mainstream ... apapun mainstreamnya, minumnya tetap teh botol sosro deh ... wong luluse yo gelare podo S.S. !! ora S. Amstud, S. Lit, S. Ling, S. Trans wakakaka... tapi yang jelas saya dengan bangga bisa mengatakan bahwa saya tidak salah ambil jurusan ... saya bangga menjadi mahasiswa American Studies :)
^_^
P.s: kalo mau masuk American Studies, saya punya persediaan buku dan jurnal yang seabreg wahahhaah
mas kiki, jurnalnya kayanya enak tuh dijual~
ReplyDeletetapi aku tetep gratis pokoknya...
iyaa aku pengen mengkomersialkan wkwkw sayangnya, aku udah ngga punya akses hiksss T.T
ReplyDeletegimana tadi??
walah~~~
ReplyDeletewaaah... sudah kaga bisa~
tadi oke siih~ cuma pas sharing dari senior, paling oke punyanya ikke... mbak pit baru ngomong dikit, udah pada keluar... dikit doang yang dengerin...
T^T
gapapalah amstud dikit aja, biar bisa nggosip lagi~~
May I ask, in what kind of working fields will you be qualified to work? Because I'm not sure about the course. Hardly know anything about it too.
ReplyDeletehidup American Studies..
ReplyDeleteyg pasti Amstud itu dosenny asyik-asyik semua.. hahaha
@ azreenChan mostly in education, as lecturer, or as researcher in NGOs or in US Embassy (I hope hahaha)
ReplyDeleteexactly!!
ReplyDeletei want to work in the US embassy~~ or any embassy in overseas~ ^^
Korean embassy or British embassy are ok too~
weeee.... ada anak sastra nie.. berarti yang konsisten sama gelar cuma akyuu!! S.S... Do something you like with your heart.. it'll be better.. Anyway.. thank's to Rizqi for helping me to choose Literature when I was in hospital.. LOL..
ReplyDeletewah iya ya, dulu aku yg milihin swaktu smt 7 :D
ReplyDelete@MAS RIZQI: Mending upload nya di Ziddu mas jadi per download dapet fee hahahaha
ReplyDelete@MBAK ITHA: Aku literature lho mbak,, mohon bimbingannya yah^^
weleh weleh, ziddu upahnya dikit, aku suka berbagi ko, eh ada buku teori2 sastra di blog ku loh, donlod aja :D akan membantu insyaAlloh
ReplyDeletejudule salah, itu bukan 'Memilih Mainstream yang Tepat',tapi promosi amstud lebih tepatnya curcol seorang amstuder
ReplyDeleteWalah ini siapa anonymous ... hari gini masih anonymous aja
ReplyDeleteLinguistik itu gimana?
ReplyDeletetrus kalau American studies itu ya mempelajari Amerika gitu ?
prospek kerja masing2 mainstream (America stud, linguistik, dll.) itu apa saja?
mohon dijawab, ^^ saya pengen tau.. terimakasih :)
Linguistik itu ya belajar tentang kebahasaan. Bidang kajiannya bisa sociolinguistics, pragmatics, semantics dan lain2. Linguistik bahasan nya tentang struktur bahasa (kalau di sastra Inggris ya tentang bahasa Inggris).
ReplyDeleteKalau American Studies, bidang bahasannya 'segala hal tentang Amerika'. Budaya populer, politik, pemerintahan, kehidupan sosial. Kita mengkaji cultural texts (teks-teks budaya) yang ada di masyarakat Amerika dan bagaimana teks budaya itu merepresentasikan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Beda paling gampang, Linguistik itu bahasannya pasti, kongkrit. Sementara American Studies itu konsep abstrak (bahasan kita berupa ideology, belief system, value dll).
Kalau peluang kerja sih sama aja. seperti yang saya sebutkan, lulus dari Sastra Inggris, apapun mainstream nya tetap bergelar S.S. Jadi peluang kerja ya sama sebenarnya.
Yang membedakan adalah bila nantinya ingin melanjutkan kuliah. Bisa lebih konsen ke salah satu.
Semoga membantu :) terima kasih telah berkunjung
iya minta petunjuk donk gmn contoh dari karya sastra mainstream ituu
ReplyDeletesaya berniat masuk mainstream ini bisa berbagi pengalamannya dong :0
ReplyDeleteatau meminjami saya buku2.. :D
Halo erlina, thx u udah baca blog saya. Boleh kalau mau share2 ... email saya aja :) kalau buku, tuh ada banyak pilihan buku di bagian Virtual Library blog ini. Banyak link mati sih, jadi kalau ada buku yg tertarik, silakan email saya jg biar bisa saya kirimin pdf nya
DeleteWaah...aku sastra inggris UNS Amstud jg...malah angkatanku yg pertama ada jurusan Amstud (tuir euy...), jd kangen ma dosen2nya ihh
ReplyDelete