HELM POLISI(Wanita)

Beberapa menit yang lalu, saya baru saja melihat tayangan berita di salah satu stasiun televisi swasta yang membahas mengenai POLWAN (Polisi Wanita) yang dengan mahir mengendarai 'moge' (motor gede) untuk berpatroli.

Ada suatu hal yang menggilitik benak saya sebagai orang  yang suka berkomentar tentang banyak hal. Saya tidak pernah memperhatikan perbedaan kostum antara polisi pria dan wanita sebelumnya. Namun, sepintas ketika saya melihat tayangan berita tersebut saya melihat ada perbedaan yang cukup signifikan. Dalam tayangan tersebut para polwan menaiki motor gede yang bertuliskan polisi di body motor. Namun, ketika kamera mengeshoot bagian belakang helm para polwan itu, tercetak tulisan POLWAN, tidak polisi seperti yang tertera pada body motor tersebut. Juga tidak seperti helm polisi (pria) seperti yang tertera pada gambar diatas. Mengapa polwan harus mendapat helm dengan label POLWAN? Mengapa tidak POLISI? Apakah pekerjaan para wanita itu bukan polisi?

Pelabelan 'polwan' pada helm polisi tersebut berfungsi sebagai media untuk mengidentifikasi bahwa si pemakai adalah wanita. Apakah pada era seperti ini masih penting untuk melabeli pria dan wanita untuk pekerjaan yang sebenarnya bergender neutral. Polisi adalah suatu pekerjaan, tidak memiliki gender. Namun, dahulu kala bisa dikatakan bahwa polisi itu bergender pria karena untuk menjadi polisi dibutuhkan ketangkasan, keagresifan, ketelitian, kecakapan dan secara singkat adalah nilai nilai yang secara konstruksi sosial didefinisikan sebagai nilai nilai maskulin. Laki-laki secara sosial diharapkan untuk merangkul nilai-nilai maskulin diatas. Oleh karena itu, polisi dahulu kala sangat identik dengan laki-laki. Demikian lah, polisi pada akhirnya bergender pria.

Namun pada era sekarang ini, dengan berbagai pengaruh dari banyak hal, para wanita mulai banyak yang masuk keranah dunia maskulin tersebut. Sudah sangat lazim melihat wanita menjadi polisi. Para wanita ini mampu menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi standar dan kriteria 'maskulin'. Dengan demikian sebenarnya para wanita ini menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti ketangkasan, keagresifan, ketelitian, kecakapan bukanlah sifat sifat natural yang hanya bisa dimiliki pria. Sifat-sifat ini seperti juga pekerjaan sebagai polisi adalah atribut netral yang bisa dimiliki oleh siapapun, baik pria maupun wanita. Kehadiran wanita di dalam korps kepolisian bisa juga dibaca sebagai pertanda akan munculnya kesetaraan gender. Bahwa pria dan wanita bisa mengakses hal yang sama. Polisi bukan lagi pekerjaan bagi pria saja. Wanita juga bisa menjadi polisi. Namun, sepertinya tetap saja ada langkah untuk membedakan pria dan wanita ini. Contohnya saja, helm polisi wanita yang berlabel polwan.

Kesetaraan gender, sepertinya masih sebuah proses untuk diperjuangkan. Emansipasi wanita Indonesia yang dipelopori Kartini masih belum usai. Penggunaan kata polwan pun sebenarnya menunjukkan ketidaksetaraan gender. Mengapa tidak menyebut semuanya sebagai polisi saja? Toh entah itu pria ataupun wanita, pekerjaan mereka juga sebagai polisi. Mereka memiliki fungsi dan tanggung jawab yang sama. Dalam bahasa Inggris pun, penyeteraan gender mulai dikembangkan, daripada menyebut businessmen dan businesswomen, disarankan menggunakan kata business person karena ini lebih netral.

Comments

Popular posts from this blog

Why Bad Reviews Don’t Stop Me from Watching X-Men: Apocalypse

Movie Review | Stream of Tears in Wedding Dress

Kung Fu Panda 2 | Movie Review