Sekelumit Tentang Hegemoni Konsep Gender
Siang tadi, saya menghadiri pekan olahraga antar tingkat yang diselenggarakan di jurusan saya. Angkatan saya bermain basket. Ada dua giliran, pria dan wanita. Ketika para pria sedang bermain, mereka terlihat bermain dengan apiknya. Bola basket seakan menari dalam tangan mereka. Mereka terlihat sangat menguasai bola basket. Ketika giliran para wanita yang bermain, tentu saja terjadi perubahan atmosfer di arena pertandingan. Pertandingan tidak 'sepanas' pertandingan sebelumnya. Disini terlihat para wanita kurang menguasai bola.
Dari hal ini, bisa terlihat ada hal yang sangat mendasar yang pada akhirnya membuat suatu konsep gender. Pria terlihat lebih dominan dalam hal ketrampilan olah raga, dalam hal ini basket, daripada wanita. Hal ini yang menjadi suatu konsep gender yang dimaknai sebagai sifat alami pada masing masing kategori seksual (laki - laki dan perempuan). Laki - laki diatributkan dengan ketangkasan. Perempuan diatributkan dengan kelembutan. Olah raga, tentu saja akan lebih condong diatributkan pada laki-laki.
Hal ini secara tidak langsung menghegemoni pikiran kita, sehingga menerima konsep ini sebagai sesuatu yang alami dan natural. Coba saja perhatikan kutipan pembicaraan teman - teman wanita saya tadi:
"nek ndelok wong lanang maen basket asik ya. cepet banget, ngerti-ngerti wis mlebu"
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa pria dianggap lebih handal dalam olah raga dari wanita. Penggunaan kata 'wong lanang (anak laki - laki)' pada kalimat diatas mengacu pada generalisasi bahwa laki laki dianggap lebih dominan dalam bidang olah raga. Namun, apa semua laki-laki demikian? Apakah laki-laki sewajarnya harus mahir berolahraga?
Jawabnya tentu saja tidak. Siapa yang mengharuskan hal tersebut? Banyak juga laki-laki yang tidak mahir berolahraga dan masih menjadi laki-laki. Keahlian laki-laki pada bidang olahraga, tidak lain adalah karena pada kemauan perorangan untuk bisa dan mampu berolahraga. Bukan pada karena dia terlahir sebagai seorang laki - laki sehingga secara alamiah dia akan mahir berolahraga.
Kutipan teman saya diatas juga menunjukkan bahwa dia menginkorporasi konsep gender bahwa wanita lebih tidak dominan dalam hal olah raga. Kembali lagi, penggunaan kata 'wong lanang' merujuk pada jenis kelamin tertentu. Padahal pada kenyataannya, perempuan juga bisa berbuat sebaik bahkan lebih daripada pria. Hal itu bisa dilakukan dengan berlatih dan berkemauan untuk bisa. Semua itu tidak berasal dari sifat alami. Apakah dengan dilahirkan sebagai seorang perempuan, terus dia harus tidak bisa berolahraga? Tentu saja tidak.
Gambaran diatas, sedikit banyak menyiratkan bahwa meskipun pada era sekarang ini yang banyak disebut sebut era 'gender equality', banyak yang masih tidak bisa memahami makna 'gender'. Banyak orang-orang terpelajar yang masih berperilaku menganut pada konsep gender yang sangat menghegemoni dan menyudutkan satu jenis kelamin, dan itu biasanya perempuan.
Dari hal ini, bisa terlihat ada hal yang sangat mendasar yang pada akhirnya membuat suatu konsep gender. Pria terlihat lebih dominan dalam hal ketrampilan olah raga, dalam hal ini basket, daripada wanita. Hal ini yang menjadi suatu konsep gender yang dimaknai sebagai sifat alami pada masing masing kategori seksual (laki - laki dan perempuan). Laki - laki diatributkan dengan ketangkasan. Perempuan diatributkan dengan kelembutan. Olah raga, tentu saja akan lebih condong diatributkan pada laki-laki.
Hal ini secara tidak langsung menghegemoni pikiran kita, sehingga menerima konsep ini sebagai sesuatu yang alami dan natural. Coba saja perhatikan kutipan pembicaraan teman - teman wanita saya tadi:
"nek ndelok wong lanang maen basket asik ya. cepet banget, ngerti-ngerti wis mlebu"
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa pria dianggap lebih handal dalam olah raga dari wanita. Penggunaan kata 'wong lanang (anak laki - laki)' pada kalimat diatas mengacu pada generalisasi bahwa laki laki dianggap lebih dominan dalam bidang olah raga. Namun, apa semua laki-laki demikian? Apakah laki-laki sewajarnya harus mahir berolahraga?
Jawabnya tentu saja tidak. Siapa yang mengharuskan hal tersebut? Banyak juga laki-laki yang tidak mahir berolahraga dan masih menjadi laki-laki. Keahlian laki-laki pada bidang olahraga, tidak lain adalah karena pada kemauan perorangan untuk bisa dan mampu berolahraga. Bukan pada karena dia terlahir sebagai seorang laki - laki sehingga secara alamiah dia akan mahir berolahraga.
Kutipan teman saya diatas juga menunjukkan bahwa dia menginkorporasi konsep gender bahwa wanita lebih tidak dominan dalam hal olah raga. Kembali lagi, penggunaan kata 'wong lanang' merujuk pada jenis kelamin tertentu. Padahal pada kenyataannya, perempuan juga bisa berbuat sebaik bahkan lebih daripada pria. Hal itu bisa dilakukan dengan berlatih dan berkemauan untuk bisa. Semua itu tidak berasal dari sifat alami. Apakah dengan dilahirkan sebagai seorang perempuan, terus dia harus tidak bisa berolahraga? Tentu saja tidak.
Gambaran diatas, sedikit banyak menyiratkan bahwa meskipun pada era sekarang ini yang banyak disebut sebut era 'gender equality', banyak yang masih tidak bisa memahami makna 'gender'. Banyak orang-orang terpelajar yang masih berperilaku menganut pada konsep gender yang sangat menghegemoni dan menyudutkan satu jenis kelamin, dan itu biasanya perempuan.
midnight post nih.. hehehe
ReplyDeletewah aku ketinggalan PORANTI tahun ini..
tp denger2 td anak 2006 menang ya.. congrats deh buat para pemainnya.. :-)
kembali ke topik, aku setuju dengan tulisan ini.. tidak semua laki-laki jago dalam hal olah raga.. terutama olah raga yang membutuhkan ketangkasan dan kerja sama tim..
hehe iya pon, menang maen persahabatan :D
ReplyDeletesaya percaya bahwa tiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing
apa sih gender itu?? kok ribet banget ngomongin gender. soal tangkas apa nggak, itu kan urusan individu.
ReplyDeletekapan oreo-ne dibukak?????
apa kalian mau dianggap ngga tangkas hanya karena dianggap sebagai 'wanita'?
ReplyDeleteyup..
ReplyDeleteiya Itha, apa kalian pengen dianggap gak tangkas karena dianggap sbg 'wanita'??
kalo menurutku sih, cewek jago juga kok main olah raga tim seperti itu..
dan bahkan malah cowok2, termasuk aku juga, ada juga yang kurang begitu tangkas dan main olah raga tim.. hehehe
aku tangkas dalam olahraga tertentu.. khususnya soal pukul memukul dan tendang menendang.. hehehe
ReplyDeletesaya jg bisanya cuma badminton wkwkw :D
ReplyDeletekonsekuensi budaya yang melekat pada jenis kelamin adalah yang disebut gender
mis nya wanita diasosiasikan lemah, pria kuat
hal seperti ini sangat menghegemoni, padahal banyak juga wanita yang kuat
klo "wong wedok" akan beda qt nangkepnya,,ujung2nya negative juga...
ReplyDelete