Blog, Media Sosial (Facebook, Friendster, dan sebagainya), dan Budaya Indonesia

Lewat tengah malam, h-1 menjelang sidang skripsi, saya masih membuka mata. Jadi saya putuskan menulis saja. Beberapa minggu belakangan ini saya penasaran. Saya ingin tahu negara mana yang memiliki blog terbanyak. Saya mencoba keywords berbagai macam tapi belum menemukan juga.

Saya mencoba memasukkan beberapa keywords: "negara pengguna blog terbanyak", "countries which have most blogs", sampai yang rumit "statistical data of countries that have most blogs in the world" dan tetap saja saya tidak bisa menemukannya. Mungkin kalau ada yang nemu, boleh lah dibagi. Hasil terbaik yang saya dapat ya dari web ini: http://julianhopkins.net/index.php?/archives/292-Which-country-blogs-the-most.html. Ini pun saya tidak yakin benar akan keabsahan survey si pemilik blog. Tapi setidaknya satu yang pasti, Indonesia tak disinggung di dalam daftar negara pengguna blog terbanyak.

Lain halnya bila kita mengetik kewyords "negara pengguna facebook terbanyak", "negara pengguna twitter terbanyak", "negara pengguna friendster terbanyak" dan lain sebagainya. Tentu saja Indonesia akan ada di daftar itu dan bertengger di urutan atas. Apa yang tergambar dari hal sepele ini? Kenapa situs jejaring sosial jauh lebih diminati dari blog?

Jawabannya mudah. Rakyat Indonesia belum terbiasa menulis. Situs jejaring sosial cocok dengan budaya Indonesia yang senang "menjalin silaturahmi". Orang Indonesia sangat senang ngerumpi, berbincang-bincang, hingga, maaf saja, membicarakan dan kadang mencampuri urusan orang lain. Situs jejaring sosial semacam Facebook atau Friendster memberi ruang bagi masyarakat Indonesia untuk menyalurkan "kebiasaan" ini.



Bagaimana dengan blog? Untuk membuat satu posting-an blog, setidaknya diperlukan untuk memikirkan isi, menyusun kata, dan kalimat untuk membuat suatu tulisan yang readable (terbaca) biarpun tidak bagus seperti tulisan ini. Membuat suatu postingan, tidak semudah membuat status di facebook atau tweet. Jadi, banyak blog yang mati di tengah jalan (seperti blog ini beberapa bulan yang lalu hahaha). Coba saja tengok blog dari Solo, mungkin jumlah blog yang ada dengan blog yang sering di update tidak sebanding. Sepertinya, orang Indonesia memang agak sulit untuk menulis.

Sulit untuk menulis, saya sendiri juga mengakuinya. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi, saya mengalaminya. Saya jarang menulis dulu hingga membuat tulisan skripsi saya awalnya sangat acak-acakan, begitulah kata pembimbing saya. Sulit menulis sepertinya menjadi budaya Indonesia. Mungkin hal ini benar. Banyak yang mengatakan Indonesia melewatkan budaya menulis dalam perkembangan budayanya. Setelah Indonesia merdeka, media populer yang ada hanya radio. Tak berselang lama,  kekreatifitasan masyarakat dibelenggu pada era Orde Baru. Di era ini, televisi menjadi barang yang mudah beli. Terjadi transformasi budaya besar-besaran pada era ini. Masyarakat langsung terpapar pada budaya melihat. Kita terpapar pada transisi dari hanya membaca, mendengar hingga pada akhirnya langsung melihat tanpa melalui proses menulis. Jadilah, kita menjadi bangsa yang belum dilatih untuk menulis.

Bila kita melihat daftar di http://julianhopkins.net/index.php?/archives/292-Which-country-blogs-the-most.html, kita melihat Amerika dan beberapa negara eropa lain menduduki peringkat atas. Ya, mereka memang negara-negara tua di dunia. Dan mereka melewati budaya menulis. Di Amerika misalnya, ada yang namanya Federalist Papers, yang berisi debat antar golongan masyarakat ketika membentuk konstitusi Amerika. Lalu ada yang namanya Muckrakers yang berupa tulisan jurnalistik yang mengungkap kebobrokan masyarakat dan pemerintah. Mereka melewati proses itu, sehingga menulis bukanlah suatu hal yang asing bagi mereka. Menulis sudah menjadi kebudayaan mereka.

Apa Indonesia bisa? Tentu saja bisa. Kita memiliki segala sumber daya yang dibutuhkan. Yang diperlukan hanya membiasakan diri untuk menulis. Beberapa website lokal sepertinya mulai merintisnya, seperti Kompasiana. Di website ini banyak tulisan anak negeri yang bagus bagus, tidak seperti tulisan ini yang berantakan. Menulis, tidak mudah, tapi juga tidak sulit kok.Yang terpenting adalah tetap latihan!

Comments

  1. iya juga ya.. Indonesia sama sekali tidak ada di daftar..
    setuju sekali Riz, masyrakat Indonesia lebih sdikit yg suka menulis. mereka lebih suka update status, yg gk perlu nulis banyak2.. haha

    ya mari kita sebagai blogger membudayakan menulis. terutama mulai dari lingkup kecil di grup blogger terlebih dahulu.

    p.s. Gud luck buat pendadarannya besok.. :-)

    ReplyDelete
  2. semua perubahan besar dimulai dari perubahan yang kecil

    kalau bukan generasi kita, mungkin generasi sesudah kita yang akan berubah =)

    ReplyDelete
  3. setuju banget dengan kata2nya Riz..
    semoga para blogger EDCOM membaca tulisan ini.. dan tentu saja membaca komenmu ini..

    ReplyDelete
  4. such a great post.
    setuju banget sama post ini.. Manfaat blog memang beribu kali lebih banyak dibanding facebook dkk.

    well,, I've already follow yours. mind to follow me back? or exchange link maybe?

    ReplyDelete
  5. Dari situ diketahui bahwa manusia Indonesia (untuk menyebut yg mayoritas)masih berada pada level paling bawah tingkat etos keilmuan. Tingkat paling atas adalah 'writing and discussing society', kedua 'reading society', paling bawah 'gossiping society'...parahnya lagi masyarakat pada tingkat paling bawah ini ditengarai tidak punya kontribusi sama sekali bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Kasihan negeri ini.,

    ReplyDelete
  6. Wah strarifikasi sosial yang bagus =)Memang sedih melihat negara ini ya, namun saya percaya suatu saat nanti Indonesia bisa bangkit. Seperti komen saya diatas, kalau bukan generasi kita, ya generasi setelah kita. Dan kita yang punya "kewajiban" merubah generasi masa depan Indonesia.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Movie Review | Stream of Tears in Wedding Dress

Dispelling Disney Princess Myth

Ghosts as Popular Culture