Refleksi kasus Raffi: Media dan pembunuhan karakter
Sepekan terakhir ini, berbagai media di Indonesia
dihebohkan dengan pemberitaan tentang penggerebekan Badan Narkotik Nasional
(BNN) pada rumah artis Raffi Ahmad. Penggerebekan yang dilakukan pada hari
Minggu, 27 Januari 2013, yang lalu ini tidak berakhir sia-sia. BNN menangkap 17
orang dari rumah sang artis. Diantara ke-17 orang tersebut terdapat nama
beberapa pesohor lain seperti Irwansyah, Zaskia Sungkar dan Wanda Hamidah.
Dua hari setelah penggerebekan, BNN melepaskan 5 orang, termasuk diantaranya Irwansyah dan Zaskia Sungkar karena berbagai hasil tes yang telah mereka jalani menunjukkan bahwa mereka tidak mengkonsumsi narkoba. Sementara Wanda Hamidah, yang saat ini adalah anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), dibebaskan pada hari Rabu, 30 Januari 2013.
Sampai
tulisan ini dibuat, BNN mengumumkan hanya Raffi diantara empat pesohor di tanah
air ini yang positif menggunakan zat-zat terlarang.
Pemberitaan berbagai media diIndonesia
seputar penggerebekan para pesohor ini boleh dikatakan cukup "liar".
Banyak media, terutama media infotainment, yang hanya memberitakan berdasarkan
opini-opini yang bergulir. Media seakan-akan telah membunuh karakter
artis-artis diatas dengan melabeli mereka sebagai sosok yang tersangkut masalah
narkoba. Berbagai label tersebut membuat masyarakat beropini bahwa semua nama
pesohor yang sempat diamankan BNN tersebut telah mengkonsumsi narkoba.
Pemberitaan berbagai media di
Salah satu cara paling mudah untuk memantau opini masyarakat
tentunya adalah dengan mengamati berbagai media sosial. Di microblogging
Twitter misalnya, berita penangkapan 4 artis tanah air dan 13 orang lainnya itu
sempat membuat kehebohan sendiri. Salah satu media lokal, tribunnews,
memberitakan “perang” yang terjadi antara Shireen Sungkar, adik Zaskia, dengan
salah seorang pengguna media sosial tersebut.
Shireen, melalui akun twitternya, mengajak agar masyarakat
supaya mengutarakan opini berdasarkan fakta. Dia meminta masyarakat supaya
lebih kritis menyikapi pemberitaan akan ditangkapnya kakanya dan suaminya,
Irwansyah, oleh BNN. Dia meminta agar masyarakat sebaiknya menunggu hasil pemeriksaan
BNN terlebih dahulu sebelum menyimpulkan bahwa Zaskia dan suaminya sebagai pengguna
narkoba. Namun, ajakan Shireen ditolak oleh salah seorang pengguna Twitter. Perdebatan
panjang diantara mereka terjadi cukup banyak hingga tribunnews membuat berita
yang berisi bahwa Shireen membela kakaknya.
Berbagai konstruksi media yang lain seakan juga menyudutkan berbagai
nama pesohor diatas. Media televisi misalnya berlomba-lomba menayangkan bagaimana
dekatnya dunia artis dengan dunia narkoba. Bahkan ada salah satu media yang
menayangkan gambar keempat artis yang tersebut diatas dalam jajaran berbagai
artis yang telah terbukti secara sah melakukan tindak pelanggaran pidana
narkotika.
Stasiun televisi swasta Kompas TV, misalnya, menayangkan
wawancara eksklusifnya dengan Wanda yang diambil seminggu sebelum kejadian
penangkapan. Dalam tayangan itu, Wanda mengajak masyarakat agar memilih wakil
rakyat yang memiliki etika dan moral yang baik. Namun, Kompas TV, dalam
tayangan itu memposisikan wawancara itu dalam konteks seakan untuk mendiskreditkan
sang politisi. Stasiun televisi ini seakan ingin menyampaikan kepada publik bahwa
Wanda seorang pembohong yang harus menarik ludahnya sendiri.
Berbagai pemikir media telah dari dulu berpendapat bahwa
media memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik. Dan sekali lagi, dalil
tersebut telah terbukti.
Saat ini, setelah BNN menyatakan bahwa Irwansyah, Zaskia dan Wanda tidak terlibat dalam kasus Raffi, media seharusnya berkewajiban untuk secara berimbang memberitakan bahwa mereka benar-benar bersih. Media telah secara tidak langsung membunuh mereka dua hari yang lalu. Hanya media pulalah yang memiliki kemampuan untuk merehabilitasi nama mereka.
Saat ini, setelah BNN menyatakan bahwa Irwansyah, Zaskia dan Wanda tidak terlibat dalam kasus Raffi, media seharusnya berkewajiban untuk secara berimbang memberitakan bahwa mereka benar-benar bersih. Media telah secara tidak langsung membunuh mereka dua hari yang lalu. Hanya media pulalah yang memiliki kemampuan untuk merehabilitasi nama mereka.
Comments
Post a Comment