Solo, selepas Jokowi pergi
Kasunanan Palace (source: http://pariwisata-makanan.blogspot.com) |
Akhirnya hari ini, saya menyempatkan waktu untuk kembali ke kampong
halaman tercinta dan kota kelahiran saya, Surakarta atau yang lebih dikenal
sebagai Solo. Meskipun kepulangan saya kali ini terhitung sangat kilat, cuma
dua hari satu malam, saya masih sangat senang karena bisa mengobati rasa rindu
saya akan suasana kota kecil ini.
Solo terkenal sebagai pusat budaya jawa. Di kota ini
terdapat pecahan kerajaan Mataram kuno yaitu Kesultanan Kasunanan. Selain
sebagai pusat budaya jawa, Solo juga dikenal dunia internasional sebagai kota
sarang teroris. Beberapa teroris kenamaan di Indonesia diketahui pernah
mengenyam pendidikan di salah satu pondok pesantren yang padahal secara administratif
tidak terletak di kota Solo. Ya, sayang sekali kota kecilku dikenal secara negatif.
Namun, ada satu hal yang membanggakan dari tanah kelahiran
saya ini. Beberapa tahun terakhir, Solo bisa mendapatkan citra positif di mata dunia
internasional atas kerja keras mantan walikota, Joko Widodo atau yang lebih
dikenal sebagai Jokowi. Pada era kepemimpinannya, Solo menjadi tuan rumah
berbagai acara internasional. Selain itu, banyak sekali perubahan besar-besaran
yang terjadi di kota ini.
Jokowi (source: here) |
Jokowi menjadi sosok yang sangat dicintai dan dipuja rakyat
Solo karena dia menunjukkan apa yang disebut sebagai seorang pemimpin. Jokowi
dikenal akan kebijakan kebijakannya yang sangat pro rakyat. Bila pemimpin di
daerah lain melihat pedagang kaki lima sebagai suatu masalah kota, Jokowi
melihat mereka sebagai aset. Alih-alih menggusur mereka, Jokowi menyediakan
mereka tempat yang nyaman dan juga izin usaha yang resmi. Disamping itu, Jokowi
juga sangat dikenal akan kebijakannya yang menentang pusat perbelanjaan modern
seperti indomaret, alfamart dan berbagai jenis shopping center. Jokowi pernah
bersitegang dengan gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, karena Jokowi menolak
investor untuk membangun pusat perbelanjaan di Solo. Bibit bahkan pernah
menyebut Jokowi sebagai orang yang bodoh karena dia menolak investasi masuk ke
kota.
Begitulah Jokowi. Berbagai langkah dan kebijakannya telah
membuat dia sangat dicintai oleh rakyat Solo. Oleh karena itu, banyak warga
Solo yang tidak mau dan tidak rela pada saat Jokowi harus meninggalkan Solo
karena dia memenangkan Pilkada DKI 2012 lalu. Jokowi membawa kebijakan pro
rakyat dia ke Ibu Kota negara ini. Di Jakarta, dia dikenal dengan ‘blusukan’
yaitu mengunjungi warganya secara langsung untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi warganya. Gaya ini tentu saja sudah dia lakukan ketika dia menjadi
walikota Solo.
Namun, bagaimana Solo sekarang paska Jokowi pergi?
Dalam kepulangan kali ini, saya menyempatkan diri untuk
jalan-jalan keliling kota naik motor. Berkeliling kota kecil naek sepeda motor
adalah kegemaran saya. Hanya dengan satu jam lebih sedikit, saya sudah bisa
berkeliling ke berbagai pelosok kota yang luasnya sekitar 45 km2 ini.
Solo sekarang lebih ramai. Jalanan menjadi lebih padat.
Tentu saja, taraf hidup rakyat kota ini meningkat seiring waktu. Namun, ada
satu hal yang mengganggu saya. Saya melihat beberapa gerai baru Alfamart di
beberapa lokasi di kota ini. Aneh, begitu pikir saya. Andai saja Jokowi masih
menjadi walikota, dia pasti tidak akan mengizinkannya. Jokowi beranggapan kalau
kemunculan pusat perbelanjaan dan gerai gerai toko kelontong modern ini akan mematikan
bagi pasar dan penjual toko kelontong tradisional.
FX Hadi Rudyatmo (source: website pemkot Solo) |
Walikota solo saat ini adalah FX Hadi Rudyatmo. Beliau
adalah mantan wakil walikotanya pak Jokowi. Secara aklamasi, dia terpilih untuk
mempimpin kota ini selepas Jokowi menjadi gubernur DKI Jakarta. Pada awalnya,
saya berfikir (dan begitu pula banyak warga solo yang lain) bahwa Rudy akan meneruskan kebijakannya
Jokowi. Toh, mereka dulu pernah satu tim kan. Namun, sayang sekali sepertinya
itu hanya menjadi angan-angan kami.
Keluarga dan beberapa teman saya mengeluhkan bagaimana Rudi
berbeda dengan Jokowi. Salah seorang teman saya mengatakan kalau Rudi itu ‘moto
duiten’ atau bahasa Indonesia nya ‘orang yang suka mencari uang’. Entahlah,
untuk bisa mencari kebenaran tuduhan dia, tentu saja kita harus melakukan
reportase yang lebih mendalam. Beberapa anggota keluarga saya juga mengeluh
atas gaya kepemimpinan pak Rudi.
Tentu saja, Rudi adalah seorang politisi tulen. Sedangkan
Jokowi, seorang pebisnis, terjun kedunia politik bukan atas dasar kepentingan
politik.Selama dia menjabat sebagai walikota Solo, Jokowi tidak pernah
mengambil gaji dia. Dari hal itu saja sudah terlihat bahwa dia terjun ke dunia
politik tidak untuk mencari uang. Yang satu politisi, yang lainnya bukan. Kebijakan
yang diambil sudah pasti sangat berbeda. Yang satu pasti sarat kepentingan
politik, yang satu untuk kepentingan publik.
Rasanya sayang
melihat warisan Jokowi hilang begitu saja. Saya tidak ingin kota saya menjelma
menjadi kota yang bertaburan alfamart dan indomaret seperti kota kota lain.
Saya tidak ingin ada mall atau pusat perbelanjaan lain berdiri di kota ini.
Tiga saja sudah cukup. Semoga saja calon pemimpin Solo kedepan bisa menghidupkan
kembali semangat kemepimpinan Jokowi!
Comments
Post a Comment