Wanda, politisi yang dihakimi karena dia seorang wanita


Sesaat setelah Wanda Hamidah dilepaskan oleh BNN karena dia terbukti tidak mengkonsumsi narkoba, salah satu stasiun televisi swasta Metro TV, menayangkan suatu acara dialog yang bertemakan “Mengukur Etika Anggota Dewan.”

Dalam diskusi tersebut hadir politsi PAN Bima Aria dan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro. Diskusi tersebut dipandu oleh Fifi Aleyda Yahya. Diskusi tersebut dilakukan tepat setelah BNN mengumumkan bahwa Wanda yang merupakan politisi PAN tidak terlibat dalam kasus narkoba Raffi Ahmad. (Baca: Refleksi kasus Raffi: Media dan pembunuhan karakter)

Diskusi tersebut diawali dengan pernyataan sang presenter bahwa Wanda memang tidak terbukti telah melanggar tindak pidana narkoba, namun dia mempertanyakan dimanakah etika Wanda ketika dia bertamu ke rumah Raffi pada dini hari. Diskusi tersebut ingin membahas: Apakah etis, Wanda, seorang politisi wanita bertamu ke rumah Raffi, seorang pria lajang, pada jam dimana kebanyakan orang masih tidur.

Etika sebagaimana gender, orientasi seksual dan norma-norma masyarakat sebenarnya adalah produk budaya yang dikonstruksikan secara sosial. Ketika lahir, seorang bayi, entah dia laki-laki atau perempuan, itu layaknya kertas putih. Budaya dan masyarakat tempat dia berada yang mengisi lembaran kertas itu.

Di Indonesia, yang sangat dipengaruhi budaya patriarki Jawa, norma yang berkembang adalah wanita tidak selayaknya datang ke rumah seorang pria di malam hari. Hal itu sangatlah tabu di masyarakat ini. Oleh karena itu, wanita di Indonesia sangat dibatasi ruang lingkupnya oleh waktu dan tempat.

Wanda sangatlah sial karena dia lahir sebagai seorang wanita di Indonesia. Meskipun secara hukum, dia sudah dinyatakan bersih, masih banyak orang yang mempertanyakan etika Wanda.

Wanda masih akan diadili bukan karena dia telah melanggar hukum, namun akan dihakimi karena dia menjadi seorang wanita. Orang-orang dan media, masih akan senang mempertanyakan “untuk apa Wanda datang ke rumah Raffi pada waktu dini hari.” Kita lihat saja bagaimana infotainment akan mencoba untuk “mengusut” ini.

Menurut saya, tidaklah penting apakah Wanda hadir di rumah Raffi pada dini hari. Wanda sebagai seorang manusia memiliki hak untuk berbuat demikian. Toh, kedatangan dia tidak mengganggu orang lain kan.

Sangat disayangkan, media, bahkan sekelas Metro TV yang menurut saya memiliki pandangan yang cukup progresif, masih saja menghakimi Wanda karena jenis kelaminnya.

Saya juga menyanyangkan pernyataan Siti Zuhro di acara dialog tersebut yang menyatakan bahwa “Wanda juga memiliki fitroh sebagai seorang wanita dan ibu. Maka tidak sepantasnya dia berada disana.” Sepengetahuan saya dari beberapa kesempatan saya berbincang dengan beliau, ibu Siti memiliki pandangan yang maju. Saya tidak sepakat dengan pandangan ibu Siti yang membawa kodrat Wanda sebagai seorang wanita. Saya setuju dengan pendapat pemikir gender bahwa kodrat, sebagaimana etika, juga merupakan produk sosial budaya.

Saya berpendapat tidaklah penting bagi media untuk mempertanyakan mengapa Wanda berada di rumah Raffi pada dini hari. Permasalah hukum dia sudahlah jelas. Wanda bersih secara hukum dari permasalahan tersebut. Dalam hemat saya, pemberitaan media terhadap politisi ini sudahlah cukup.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Movie Review | Stream of Tears in Wedding Dress

Dispelling Disney Princess Myth

Ghosts as Popular Culture